Rabu, 12 Desember 2007

Gonjang-ganjing Pasangan SBY-JK

Gonjang-ganjing Pasangan SBY-JK (1)
Duet Retak, Suksesi Menghadang
Oleh : Djoko Su'ud Sukahar
Dukun Politik

Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (SBY-JK) mulai terancam. Duet yang tak kunjung harmonis itu kian kentara, ketika 'perang' berebut kuasa kian mendekat. Sinyal atas itu tak hanya tampak dari perilaku keduanya, tetapi juga ditunjukkan oleh alam yang terus bergejolak. Adakah terjadi suksesi di tahun 2009 nanti? Inilah analisis mistik soal itu.

Musibah masih belum surut di negeri ini. Selain ombak besar yang menjadi ancaman di laut Indonesia di musim hujan ini, juga gunung berapi yang rata-rata masih bertatus siaga dan awas. Yang terakhir ini, Kelud dan Semeru sedang dan habis bereaksi, selain Anak Krakatau (Rakata) yang terus memuntahkan magma.

Jika Rakata membawa tengara datangnya kerusakan global yang acap disebut 'kiamat kubro', maka warta mistis yang didasarkan atas reaksi destruktif gunung Kelud dan gunung Semeru justru sangat spesifik. Bakal terjadi perubahan tatanan di negeri ini.

Geliat dua gunung yang jadi pancer Tanah Jawa itu memang bukan yang pertama. Keduanya bergolak, setelah tiga gunung di luar Jawa memuntahkan laharnya. Awalnya dimulai dari Gunung Karangetang di Halmahera, kemudian disusul gunung Soputan di Sulawesi Utara, serta gunung Merapi di Padang, Sumatera Barat.

Letusan dari gunung-gunung itu melahirkan penderitaan bagi warga sekitar. Namun begitu, letusan yang menerbitkan kedukaan itu masih dianggap lumrah. Sebab bagi umum, gunung meletus adalah siklus atau 'protes alam' akibat perlakuan semena-mena manusia terhadap lingkungan.

Tapi tidak begitu kacamata mistis memandang. Bagi masyarakat Indonesia, utamanya Jawa, gejolak gunung tidak semata peristiwa alam. Didalamnya sarat dengan simbol, yang jika diterjemahkan mengarah pada sinyal nasib bangsa dan pemimpinnya di hari depan.

Pandangan macam itu mengental, karena dalam kosmologi Jawa, gunung merupakan bagian dari 'penjaga' harmonisasi kehidupan, selain laut dan jagat (komunitas) manusia sendiri. Jika salahsatu di antara tiga komponen ini bergolak, maka diyakini saat disharmonisasi tak lama lagi tiba.

Artinya, kalau belakangan ini badai di laut mengganas (jagat laut) dan gunung berapi (jagat api) gonjang-ganjing memuntahkan isi perutnya, maka secara metafisis, tak lama lagi jagat manusia akan mengalami kondisi sama. Itu yang menjadi dasar para spiritualis memprediksi jaman ke depan.

Namun reaksi alam kali ini mempunyai perbedaan yang mendasar jika dikomparasikan dengan suratan Babad Tanah Jawi yang biasa dipakai rujukan. Dalam babad itu disebut, jika gunung Merapi yang terletak di Jogjakarta mulai batuk-batuk, kemudian disusul dengan gunung lain memuntahkan laharnya, maka itu pertanda, suksesi di jagat manusia akan segera terrealisasi.

Contoh pembenaran kasus ini adalah berdirinya kerajaan Mataram Islam yang memisahkan diri dari Pajang. Panembahan Senopati yang belum mempunyai laskar banyak itu mendapat kemenangan besar melawan Pajang. Itu karena keterlibatan pasukan gaib yang datang dari Laut Selatan serta 'pemangku gunung Merapi'. Dan sejarah yang berbau mitos itulah yang laten digunakan sebagai mikroskop dalam melihat tanda-tanda perubahan jaman ke depan. (bersambung)



Gonjang-Ganjing Pasangan SBY-JK (2)
Jangka Jayabaya & Suksesi SBY


Pergolakan alam menyulut perubahan jagat manusia. Itu terjadi tahun 2009. Dinamisasinya dimulai tahun 2008, dan klimaks dari dinamisme itu adalah suksesi. Pergeseran pucuk pimpinan negeri ini. Siapakah yang jatuh, dan siapa pula yang bangkit?


Jagat api telah bergolak. Pergolakan itu, terus terang, bertolak belakang dengan tengara yang tersurat dalam Babad Tanah Jawi. Malah yang menarik, gunung yang meletus itu bukan gunung yang dikenal sebagai 'pemberi kabar' terjadinya revolusi, tapi justru gunung yang diidentifikasi sebagai pengabar datangnya ketenangan dan harmonisasi batin.


Itu bisa dipahami, karena Semeru adalah 'gunung sepuh'. Gunung ini secara metafisis dipercaya sebagai penjaga kedamaian di wilayah Timur. Dan di gunung ini pula diyakini, para spiritualis dari makhluk lain berkumpul dan selalu memanjatkan doa bagi ketentraman hidup umat manusia.


Begitu juga Gunung Kelud. Gunung ini selalu dikaitkan dengan keberadaan Raja Jayabaya dengan Patihnya yang bernama Tunggul Wulung. Raja dan patih ini dalam pandangan Jawa memberi garis tegas terhadap terjadinya sesuatu yang belum terjadi. Semua itu terangkum dalam sebuah ramalan yang sangat dikenal, yaitu Jangka Jayabaya.


Jika gunung-gunung 'pemberi kabar damai' yang bergolak, sedang gunung 'pemberi kabar buruk' (Gunung Merapi) tenang-tenang saja, maka secara metafisis, rasa-rasanya suksesi tak terjadi di tanah Jawa. Pucuk pimpinan di Jawadwipa akan berjalan seperti adanya.


Secara kasat mata, gunung itu memberi tanda, bahwa 'orang nomor satu' di Tanah Jawa akan tetap memimpin Jawa. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diprediksi masih akan menang lagi dalam Pemilu di tahun 2009 nanti. Dia sebagai 'orang nomor satu' di negeri ini posisinya masih tak tergoyahkan. Dia tetap menang dalam 'perebutan kekuasaan' di dua tahun mendatang.


Memang, ramalan macam ini tak bisa dipegang secara penuh. Sebab waktu masih terus berjalan. Tapi jika alam tak lagi memberi sinyal bakal runtuhnya SBY, atau SBY tidak tersandung masalah yang akut, maka insyaallah prediksi ini tak jauh menyimpang. Bagaimana dengan gunung-gunung yang bergolak di luar Jawa? Tengara apakah gerangan? (bersambung)




Gonjang-ganjing Pasangan SBY-JK (4-Tamat)
Duet SBY-JK Bubar, Akbar Berkibar

Jawa eksis. Suksesi tak terjadi. Sebaliknya, situasi bertolak belakang terjadi di luar Jawa. Sinyalemen itu tertangkap berdasar tanda-tanda alam. Benarkah duet SBY-JK bubar? Adakah kans JK maju berebut RI-1? Dan bagaimana pula prospek Akbar Tanjung dalam pilpres mendatang? Inilah analisis terakhir soal itu.

Alam telah memberi tanda. Itu sebagai tengara akan terjadinya sesuatu. Secara metafisis, tengara macam itu ditangkap sebagai bagian dari sinyal Tuhan sebelum takdir datang. Dan ramalan-ramalan ini didasarkan pada asumsi itu.

Dari reaksi gunung-gunung meletus didapat kesimpulan mistis, bahwa tidak terjadi suksesi di Tanah Jawa. Diprediksi, yang terjadi adalah kebalikannya. Di luar Jawa kerentanan meninggi. Terjadi banyak 'kerusuhan politik', juga pergantian pucuk pimpinan.

Di Maluku, utamanya seputar Ternate, Tidore, Halmahera, Sanana, Seram, Ambon, Haruku, Saparua, sampai di kawasan bawah kepala burung, dinamisme politik kian menjadi-jadi. Dari urusan pilkada, hingga rebutan massa partai politik. Ini yang menyulut kerusuhan hingga berdara-darah. Embrionya sudah muncul. Dualisme KPU yang akhirnya memenangkan Abdul Ghafur, dan 'keributan' kasultanan setempat.

Di Sulawesi, kendati intensitas kerusuhan phisik agak menurun, tetapi untuk suksesi justru grafiknya menaik. JK sebagai 'orang nomor satu' dari kawasan ini diramal bakal jatuh. Dia juga gagal dalam 'perang' berebut RI-1.

Sebaliknya, ada juga figur dari daerah Sulawesi yang diprediksi bakal 'ketiban' nasib baik. Dia adalah Fadel Muhammad yang sekarang menjabat sebagai Gubernur Gorontalo. Sosok ini diramal minimal masuk sebagai salahsatu menteri di kabinet mendatang, dan punya kans lebih dari itu jika kemujuran terus berpihak padanya.

Sedang dari Pulau Sumatera akan muncul pemimpin yang tak terkira. Tokoh dari daerah ini diramal akan menduduki puncak jabatan politik. Dan sejalan dengan itu, kerusuhan phisik yang selama ini laten terjadi di kawasan Sumatera terus menurun, kendati suhu politik masih memanas.

Berdasar tengara-tengara mistis itu, jika dijabarkan, maka sosok yang dimaksud adalah Akbar Tanjung. Nama tokoh ini diramal akan terus melejit. Potensi dan kekuatannya yang selama ini tertutup kabut mulai muncul. Dan dalam perjalanan waktu, tokoh kelahiran Sumatera Utara itu akan tampil sebagai putera terbaik bangsa. Adakah Akbar Tanjung presiden mendatang?

Untuk menjawab itu, maka gejolak gunung berapi dipakai sebagai rujukan. Dari reaksi 'jagat api' itu, secara matematis bisa diambil benang merahnya. Di Jawa tidak terjadi suksesi, berarti SBY akan tetap menduduki jabatan presiden untuk kali kedua.

Bubarnya duet SBY-JK, dan majunya JK sebagai penantang dalam pilpres mendatang akan mementalkan laki-laki kelahiran Sulawesi Selatan ini dari jabatannya kini sebagai 'orang kedua'.

Dan kalau karier Akbar Tanjung melambung menempati posisi puncak di kawasan luar Jawa, itu berarti Akbar Tanjung akan menggantikan posisi JK dalam pilpres mendatang.

Untuk itu, rasanya, jika alam tidak memberi tanda-tanda yang sangat signifikan, maka presiden dan wakil presiden di tahun 2009 mendatang adalah Susilo Bambang Yudhoyono-Akbar Tanjung. Jika disingkat adalah SBY-AT. Benarkah begitu? Kita tunggu sama-sama jawabnya. (Habis)

Tidak ada komentar: